Istana Himeji
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Istana Himeji dilihat dari wilayah Nishinomaru
Istana Himeji (
bahasa Jepang: 姫路城,
Himeji-jō) adalah sebuah
istana yang terletak di kota
Himeji,
Prefektur Hyogo,
Jepang. Menurut pembagian provinsi zaman dulu, istana ini terletak di Harima-no-kuni, Shikito-gun, Himeji. Pesona keindahan plesteran berwarna putih yang mendominasi tembok-tembok istana menjadikan Istana Himeji mempunyai sebutan lain "istana burung
kuntul putih" (bahasa Jepang: 白鷺城,
Shirasagi-jō). Istana Himeji merupakan salah satu contoh peninggalan
arsitektur istana dari awal abad ke-17 yang paling penting.
Istana Himeji selalu luput dari bahaya api peperangan dan selamat dari kejatuhan istana di tangan musuh, sehingga menara utama dan bangunan-bangunan istana lainnya masih banyak yang tersisa. Pemerintah Jepang menetapkan 8 bangunan, antara lain menara utama, menara kecil, dan
Watari-yagura yang ada di dalam kompleks istana sebagai pusaka negara. Selain itu, berjenis-jenis bangunan dengan total 74 bangunan di dalam kompleks istana (27 bangunan
Yagura/Watari-yagura, 15 bangunan pintu gerbang, 32 bangunan tembok) ditetapkan sebagai warisan budaya yang penting.
Istana Himeji dinilai sebagai peninggalan budaya milik dunia yang sangat berharga, sehingga pada tahun
1993 UNESCO memasukkan Istana Himeji ke dalam daftar
Situs Warisan Dunia untuk kategori warisan budaya.
Dari kejauhan terlihat indah dengan tembok-tembok istana berwarna putih, Istana Himeji sering dijadikan lokasi
film dengan latar belakang sejarah Jepang zaman dulu. Istana ini juga sering dipakai sebagai lokasi pengganti untuk istana-istana lain seperti
Istana Edo.
Pendiri Istana
Ada catatan yang bisa dipercaya bahwa Istana Himeji pertama kali dibangun pada tahun
1346 di
zaman Istana Utara-Istana Selatan oleh putera
shogun Akamatsu Norimura (Enshin) yang bernama
Akamatsu Sadanori di lokasi
gunung Hime yang terdapat di sebelah utara kota Himeji.
Ada pendapat yang mengatakan, pada zaman klan Akamatsu, "istana" yang disebut-sebut pada saat itu berukuran kecil, sehingga lebih tepat kalau disebut benteng. Bangunan dalam skala besar yang bisa disebut sebagai "istana," mulai dibangun di abad ke-16 oleh
Kuroda Shigetaka dari klan Kodera yang berkuasa di daerah dataran rendah Harima.
Setelah itu, pada tahun
1580 tangan kanan
Oda Nobunaga yang bernama
Hashiba Hideyoshi (kemudian dikenal sebagai
Toyotomi Hideyoshi) memilih Istana Himeji sebagai pusat kekuasaan untuk memerintah Harima. Istana lalu diperbaiki dengan mengikuti model istana abad pertengahan supaya kelihatan bagus dari luar.
Sayangnya, bangunan istana yang tersisa dan peninggalan arsitektur yang bisa dilihat sekarang ini bukanlah peninggalan arsitektur dari zaman Toyotomi Hideyoshi, melainkan dari zaman "shogun negeri sebelah barat"
Ikeda Terumasa yang merupakan suami dari anak perempuan
Tokugawa Ieyasu.
Ikeda Terumasa memerlukan waktu 8 tahun untuk menyelesaikan Istana Himeji yang mulai dibangun pada tahun
1601. Menteri daimyo keluarga Ikeda yang bernama
Iza Tadazumi diangkat sebagai pemimpin konstruksi
(普請奉行, fushin bugyō?) dan Sakurai Genbei sebagai kepala tukang kayu. Pembangunan istana mengerahkan pekerja yang berasal dari penduduk sekitar istana. Menurut perhitungan cara Jepang, pembangunan istana diperkirakan butuh tenaga tukang dengan total antara 40 juta sampai 50 juta hari kerja.
Konstruksi
Susunan Bangunan
Istana Himeji merupakan istana yang dibangun di atas gunung di tengah-tengah dataran (model istana
hirayamajiro). Pusat istana ada di gunung Hime dengan menara utama yang didirikan persis di tengah-tengah. Daerah sekelilingnya yang merupakan tanah datar juga ikut dimasukkan ke dalam wilayah istana.
Secara keseluruhan, istana Himeji menggunakan susunan bangunan model
Teikaku berbentuk
spiral yang berputar berlawanan dengan arah jarum jam sebanyak 3 kali, dengan titik awal di sebelah utara gunung Hime. Putaran pertama dinamakan Uchiguruwa (zona dalam), putaran kedua dinamakan Nakakuruwa (zona tengah), dan putaran ketiga disebut Sotokuruwa (zona luar). Sekarang yang tersisa hanyalah tinggal zona Uchikuruwa yang merupakan kompleks Istana Himeji sekarang ini. Zona-zona lainnya dimanfaatkan menjadi wilayah Sogamae (teritori istana paling luar) yang melingkari kota sekeliling istana.
Zona Uchikuruwa bagian dalam terdiri dari lima lapis, yakni Honmaru (wilayah utama), Ninomaru (wilayah sekunder), Sannomaru (wilayah tertier), Nishinomaru (wilayah sebelah barat), dan Demaru (kantor pemelihara istana). Di dalam zona Uchikuruwa juga terdapat beberapa zona lain, yaitu Mizukuruwa, Koshikuruwa, dan Obikuruwa. Masing-masing zona dipisahkan secara terinci dengan pintu-pintu gerbang yang diberi nama berdasarkan susunan
Hiragana "i-ro-ha", seperti I-no-Mon, Ha-no-Mon, dan seterusnya.
Lapangan luas yang sekarang ada di depan bangunan Istana Himeji, dulunya merupakan wilayah Sannomaru, sedangkan
Kebun Binatang Himeji menempati sebagian wilayah Demaru. Di dalam wilayah Nishinomaru cuma ada sedikit bangunan yang tersisa, salah satu di antaranya menara bernama Kesho-yagura.
Pembangunan istana yang dipimpin oleh Ikeda Terumasa dilakukan persis di antara
Perang Sekigahara dan
Pertempuran Musim Dingin-Musim Panas Osaka (
Osaka no eki), oleh karena itu istana dirancang dengan maksud untuk digunakan dalam pertempuran yang sesungguhnya. Penampilan istana juga sekaligus harus terlihat indah dan megah sebagai perlambang keagungan "shogun negeri sebelah barat" yang menjadi julukan Ikeda Terumasa.
Setelah Istana Himeji selesai dibangun, di Jepang tidak ada lagi pembangunan istana berukuran besar seperti Istana Himeji, karena pada tahun
1615 pemerintah
Keshogunan Tokugawa mengeluarkan dekrit "Satu negara satu istana" (
Ikkoku-ichijo-rei). Pembangunan istana baru, pemugaran dan perbaikan sebagian istana-istana menjadi tidak mungkin tanpa izin yang dikeluarkan Keshogunan Tokugawa, kecuali Istana Edo dan
Istana Nagoya yang menjadi tempat tinggal klan Tokugawa.
Di sebelah utara gunung Hime masih tersisa hutan belantara Himeyama-haraseirin yang sudah ada sejak sebelum istana dibangun. Menurut kabar, terowongan bawah tanah dari Honmaru mempunyai pintu keluar yang timbulnya di tengah-tengah hutan Himeyama-haraseirin, tapi sampai sekarang belum ada orang yang bisa menemukannya.
Di sebelah barat gunung Hime mengalir sungai Senbagawa yang selain bermanfaat sebagai jalur pengangkutan, sebagian aliran sungainya dialihkan menjadi parit dalam istana.
Pemandangan kompleks istana dari menara utama
Lorong dan pintu gerbang
Lorong-lorong istana dirancang serupa
labirin yang berbelok-belok secara tajam dan berpilin, melebar di satu tempat dan menyempit di tempat lain, dengan maksud agar musuh tidak dapat bergerak maju secara lurus menuju menara utama. Lorong berliku-liku Istana Himeji menggunakan susunan bangunan era Hideyoshi sekaligus memanfaatkan secara optimal kondisi topografi yang ada.
Beberapa pintu gerbang juga dibuat sangat sempit, begitu sempit sehingga hanya dapat dilewati orang satu demi satu. Selain itu, pintu-pintu gerbang dibangun di tempat-tempat yang tidak terduga serta bangunannya dibuat agar tidak mudah terlihat oleh musuh, dengan maksud agar musuh tertahan di pintu gerbang dan tidak dapat meneruskan penyerangan. Salah satu taktiknya, musuh digiring ke lorong buntu lalu dijepit dengan serangan dari sisi kanan-kiri sehingga musuh yang kebingungan jadi kocar-kacir.
Jika masuk ke dalam istana melalui jalan menanjak (yang terdapat di sebelah utara Sannomaru) dan berjalan lurus setelah melewati pintu gerbang Mugi-no-Mon, maka jalan yang melewati pintu gerbang I-no-Mon, Ro-no-Mon, dan Ha-no-Mon sepertinya akan terlihat seperti jalan pintas menuju menara utama. Tapi sebenarnya, jalan menuju menara utama bisa lebih dekat kalau setelah melewati pintu gerbang Mugi-no-Mon, langsung belok kanan melewati pintu kecil beratap rendah yang tersembunyi di antara tembok batu.
Pintu gerbang Ru-no-Mon merupakan pintu gerbang model Uzumimon yang dapat disembunyikan dengan timbunan tanah, pasir, dan kerikil sehingga musuh tidak dapat melihatnya. Pastinya musuh akan terkejut dengan serangan mendadak dari pintu gerbang yang tidak kelihatan.
Di lorong menuju Ni-no-mon dari Ha-No-Mon, musuh hanya dapat bergerak maju tanpa dapat melihat pihak yang bertahan di belakangnya (pastinya akan diserang dari belakang), apalagi pintu gerbang Ha-no-Mon berupa pintu besi yang benar-benar sempit. Andaikan masih bisa lolos juga, tanpa jalan memutar sekali lagi di bawah kompleks menara utama, musuh tidak akan sampai ke menara utama.
Menara istana
Menara utama yang ada di Istana Himeji adalah salah satu menara istana yang konstruksi bangunannya masih asli, penampilan luar istana masih sama seperti waktu di
zaman Edo, sehingga tidak salah lagi kalau istana ini dijadikan lambang kota Himeji.
Di atas fondasi yang dibangun di puncak gunung Hime, terdapat menara utama beratap 5 susun yang merupakan bangunan berlantai 7 (6 tingkat ke atas dan 1 lantai bawah tanah), dan 3 bangunan menara-menara kecil (Menara Barat, Menara Inui, dan Menara Timur). Bangunan beratap 2 susun yang disebut
Watari-yagura (secara harafiah: "menara untuk menyeberang") dipakai untuk menghubungkan menara yang satu dengan menara yang lainnya.
Penggunaan
Watari-yagura sebagai bangunan penghubung antar menara disebut metode
Renritsu. Berdasarkan periode pembangunan dan model konstruksinya, menara-menara Istana Himeji digolongkan sebagai model menara pengawas periode akhir (bahasa Jepang: 期望楼型,
goki horo-gata)
Keseluruhan bangunan menara dimaksudkan untuk berlindung dari serangan musuh sehingga temboknya dibangun agar tahan api, anti api dan anti peluru dengan menggunakan plesteran putih
shikkui yang sekaligus menambah keindahan istana.
Kebalikan dari Istana Himeji yang berwarna putih,
Istana Okayama dijuluki "Istana
Burung Gagak" karena dinding istana terbuat dari papan berwarna hitam seperti warna burung gagak. Pembangunan Istana Himeji dilakukan pada masa transisi penggunaan dinding papan (contohnya Istana Okayama) ke penggunaan plesteran putih
shikkui untuk dinding luar istana.
Menara Istana Himeji kaya dengan keanekaragaman arsitektur jika dibandingkan dengan menara-menara istana lainnya di Jepang.
Kara-hafu adalah bubungan besar yang membentuk lengkungan yang mulus, sedangkan
Chidori-hafu adalah bubungan berbentuk buku terbuka yang ditelungkupkan. Variasi
Chidori-hafu dengan atap yang berlapis-lapis disebut
O-Chidorihafu.
Persis di bawah lapisan kedua
Kara-hafu yang menghadap ke sebelah selatan terlihat teralis berukuran raksasa yang mencolok mata.
Katomado adalah jendela unik berbentuk seperti genta yang terdapat di Menara Barat dan Menara Inui. Jendela model
Katomado juga bisa ditemui di
Istana Hikone dan beberapa istana lain yang menaranya tergolong model menara periode akhir.
Tinggi menara utama jika diukur dari fondasi menara adalah 15,18 meter, sedangkan jika tinggi fondasi menara ikut dihitung maka tinggi keseluruhan menara utama adalah 46 meter 36 cm (diukur dari sisi selatan menara).
Menurut perkiraan, berat menara yang ada sekarang sekitar 5.700 ton, padahal berat sebelumnya mencapai 6.200 ton. Berat menara menjadi berkurang berkat pemugaran besar-besaran
zaman Showa yang mengganti genteng dengan bahan yang lebih ringan. Menara utama sekarang ini digunakan untuk pameran beraneka macam barang yang berkaitan dengan Istana Himeji.
Nishinomaru
Bangunan yang tersisa di wilayah Nishinomaru hanyalah tinggal
Watari-yagura yang dihubungkan oleh Nagatsubone (deretan kamar-kamar sepanjang 300 meter), dan
Keshō-yagura yang terletak di ujung paling utara. Kamar-kamar yang ada di Nagatsubone dulunya digunakan para pelayan wanita sebagai kamar tidur.
Honda Tamadasa mendirikan menara
Keshō-yagura setelah dari Kuwana di Ise (sekarang ini wilayah
Prefektur Mie). Biaya untuk mendirikan menara
Keshō-yagura diambil dari mas kawin Putri Sen sebanyak 100.000
koku. Sesuai dengan namanya, di dalam menara Keshō-yagura (bahasa Jepang: 化粧櫓, secara harafiah: "menara berdandan") ditemukan sisa-sisa kosmetik milik Putri Sen sewaktu diadakan pemugaran menjelang
Perang Dunia II.
Putri Sen tinggal di dalam wilayah Nishinomaru menempati rumah kediaman yang disebut Chūshomaru (nama lain: Tenjuinmaru, dibangun tahun 1618) atau rumah besar Musashino-Goten yang terdapat di samping Sannomaru, tapi sayangnya sekarang sudah tidak ada lagi yang tersisa dari kedua bangunan tersebut.
Koshikuruwa dan Mizukuruwa
Di sisi utara menara utama terdapat wilayah Koshikuruwa. Di wilayah ini terdapat sumur-sumur dan gudang-gudang penyimpanan beras dan garam yang dimaksudkan untuk perbekalan di saat istana dalam keadaan terkepung. Pada masa damai, bahan makanan disimpan di gudang-gudang yang ada di sekitar gunung Hime.
Tanah di bawah menara istana terdiri lapisan batu keras sehingga sumur air tidak bisa digali di lokasi ini, melainkan digali di wilayah Mizukuruwa dengan pintu-pintu gerbang yang dibangun untuk menjaga jalur perbekalan antara menara istana dan pintu gerbang Koshikuruwa. Di wilayah Mizukuruwa, pintu gerbangnya diberi nama sesuai nomor urut, mulai Mizu-Ichi-Mon sampai Mizu-Go-Mon.
Di dalam wilayah Koshikuruwa, tepatnya di sisi sebelah dalam pintu gerbang Ho-no-Mon terdapat tembok dari tanah yang dikeraskan yang disebut tembok Aburakabe. Tembok ini sengaja dibiarkan telanjang dengan warna alami coklat tanah, berbeda dengan tembok-tembok lainnya yang diplester
shikkui warna putih. Ada berbagai teori yang mencoba menjelaskan metode pembangunan dan alasan tembok Aburakabe dibuat seperti apa adanya, tapi ada juga pendapat yang mengatakan tembok ini peninggalan zaman Hideyoshi.
Harakirimaru
Di sebelah tenggara menara utama terdapat menara
Obikuruwa-yagura yang mempunyai julukan seram
Harakirimaru. Julukan ini lahir karena suasana yang suram dan gelap di sekitar sumur-sumur yang ada di dalam wilayah Koshikuruwa. Tidak mengherankan mengingat tempat ini memang dipersiapkan sebagai tempat bersembunyi untuk mengejutkan musuh dengan hujan tembakan. Tidak pernah ada dalam catatan bahwa di
Harakirimaru pernah dilangsungkan ritual
harakiri, apalagi tidak mungkin ada orang bersalah di lingkungan istana ini yang harus sampai melakukan
seppuku.
Tembok melengkung dengan lubang-lubang berbentuk bulat, segi empat, segi tiga
Fasilitas Pertahanan
Di tembok-tembok istana, di banyak tempat dibuat lubang-lubang kecil berbentuk bulat, segitiga, dan persegi empat.
Sama (狭間) adalah sebutan untuk lubang-lubang kecil yang digunakan sebagai celah untuk membidik dan menembak musuh. Lubang persegi empat digunakan untuk menembakkan panah, sedangkan lubang bentuk lainnya untuk menembakkan senapan.
Walaupun lubang persegi empat untuk menembakkan senjata juga banyak ditemui di istana-istana lainnya di Jepang, tapi berbagai macam bentuk lubang yang letaknya sulit diduga menjadi keunikan tersendiri Istana Himeji. Desain fasilitas umum yang ada di kota Himeji juga dipengaruhi desain lubang-lubang yang ada di Istana Himeji, misalnya pagar kisi-kisi jembatan atau blok trotoar yang diberi motif lubang-lubang berbentuk bulat, segitiga, atau segi empat.
Di balik keindahan Istana Himeji masih banyak lagi tersembunyi fasilitas rahasia untuk mempertahankan diri. Di dinding menara utama terdapat lubang-lubang tersembunyi yang hanya dibuka dalam keadaan darurat. Musuh akan menerima hujan batu dari atas pintu gerbang dan dari dalam tembok, setelah itu musuh baru diserang antara lain dengan batu, tembakan senapan, dan seduhan air mendidih.
Motif pada genteng
Sewaktu membuat genteng, lambang keluarga pemilik istana diukir pada genteng nok ujung yang digunakan pada atap bangunan dan tembok pagar. Pada genteng istana bisa dijumpai lambang klan Ikeda (motif kupu-kupu berekor
Agehacho), lambang klan Toyotomi (motif
Hashiba) dan lambang klan Honda (motif
Mitsuba Aoi). Selain itu, juga bisa dijumpai genteng nok ujung dengan ukiran motif seperti palang.
Tempat kediaman pemilik istana
Pada saat itu, tempat kediaman pemilik istana disebut Bizenmaru yang lokasinya ada di wilayah Honmaru persis di bawah menara istana. Ikeda Terumasa kabarnya tinggal di Bizenmaru. Honda Tadamasa memilih istana utama yang dibangun di wilayah Sannomaru sebagai tempat tinggal, karena lokasi Bizenmaru yang ada di atas gunung dianggap tidak praktis. Pemilik istana berikutnya juga tinggal di istana utama atau di rumah kediaman Nishi-yashiki yang ada di Shi-no-Hashi-Mon (wilayah Nakakuruwa).
Sakakibara Masamine yang merupakan pemilik istana pada era
Tokugawa Yoshimune membebaskan Takao Dayu, seorang wanita penghibur dari distrik lampu merah Yoshiwara dan menempatkannya di rumah kediaman Nishi-yashiki. Lokasi rumah kediaman Nishi-yashiki dan halamannya yang luas sekarang menjadi taman
Koko-en yang ada di sebelah barat istana.
Sekarang ini bisa dijumpai taman bunga
Peony Putri Sen yang menempati lokasi bekas reruntuhan istana utama di wilayah Sannomaru, sedangkan di bekas lokasi rumah kediaman
Mukai-yashiki dijadikan tanah lapang bernama Sannomaru Hiroba. Lapangan ini merupakan tempat bersantai warga kota Himeji di akhir pekan dan sering dimeriahkan dengan berbagai macam acara dan pertunjukan.
Sejarah
Lukisan Istana Himeji di zaman dulu
Sebelum zaman Azuchi Momoyama
Pendapat yang bisa dipercaya mengatakan bahwa Istana Himeji dibangun di
zaman Istana Utara-Istana Selatan oleh
Akamatsu Norimura pada tahun
1336 di lokasi bekas kuil Shomyoji yang dibangun oleh
Akamatsu Sadanori. Klan Yamana menguasai istana untuk sementara waktu setelah klan Akamatsu hancur dalam
Perang Kakitsu tahun
1441 yang terjadi di zaman Muromachi, tapi klan Akamatsu berhasil merebutnya kembali di tengah kekacau-balauan
Perang Onin.
Di paruh pertama abad ke-16, klan Kodera (yang masih sanak keluarga klan Akamatsu) berkuasa di dataran rendah Harima dan
Istana Gochaku (sekarang ada di Gochaku, Mikunino-cho, kota Himeji) digunakan sebagai pusat kekuasaan.
Kuroda Shigetaka seorang
Hikan dari klan Kodera ditunjuk untuk bertugas di Istana Himeji sebagai penjaga istana (berdasarkan catatan ini, ada pendapat yang mengatakan istana mulai dibangun pada saat itu).
Kuroda Shigetaka memperbaiki Istana Himeji agar terlihat pantas untuk ukuran rumah kediaman resmi pejabat, tapi setelah selesai ternyata menjadi istana model
abad pertengahan yang memanfaatkan topografi Gunung Hime (pastinya masih dalam ukuran kecil dibandingkan dengan istana yang tersisa sekarang). Sampai tahun-tahun awal zaman Tensho, klan Kuroda dari generasi ke generasi bertugas menjadi penjaga sementara istana. Shigetaka secara berturutan mewariskan istana kepada anak laki-lakinya yang bernama
Kuroda Mototaka dan cucunya yang bernama
Kuroda Yoshitaka.
Kemudian pada tahun
1576, atas perintah
Oda Nobunaga,
Hashiba Hideyoshi diutus untuk pergi ke Harima. Di daerah Harima sedang berlangsung perang sengit antara pasukan klan Oda dan pasukan pemberontak daerah Chugoku yang dipimpin klan Mori. Pertempuran akhirnya dimenangkan oleh klan Oda, sedangkan klan Kodera yang berada di pihak klan Mori berada di ambang kehancuran. Sebagai akibatnya, klan Kodera yang secara turun temurun menjadi
Hikan mau tidak mau harus menerima aliansi dengan Hideyoshi. Kuroda Yoshitaka pun kemudian diangkat menjadi tangan kanan Hideyoshi.
Pada tahun
1580, Kuroda Yoshitaka mempersembahkan Istana Himeji sebagai tempat kediaman untuk Toyotomi Hideyoshi. Hideyoshi lalu melakukan pembangunan istana secara besar-besaran. Istana Himeji diperbaiki dengan menggunakan model bangunan istana abad pertengahan dengan menggunakan Gunung Hime sebagai titik pusatnya. Tembok dari susunan batu (
Ishigaki) yang sedang populer pada saat itu digunakan untuk memagari istana. Pada waktu itu, Hideyoshi juga membangun menara istana (ada yang mengatakan atapnya masih terdiri dari 3 susun). Pada saat yang bersamaan, kota seputar istana pun dibangun dalam skala besar-besaran di bagian selatan istana. Himeji dipersiapkan menjadi menjadi pusat negeri Harima. Salah satu dari jalan utama antar daerah yang disebut jalan Sanyo-do juga dibelokkan agar melewati kota yang mengelilingi Istana Himeji.
Hideyoshi dalam sekejap berhasil menjadi orang nomor satu setelah berhasil menghabisi
Akechi Mitsuhide dalam
pertempuran Yamazaki di bulan Juni tahun
1582. Akechi Mitsuhide dianggap perlu dihabisi karena membunuh Oda Nobunaga yang merupakan tuannya sendiri. Pada tahun
1583, Hideyoshi pindah ke
Istana Osaka yang dibangunnya dengan maksud untuk menyatukan seluruh Jepang. Istana Himeji lalu diserahkan kepada adik laki-lakinya yang bernama
Hashiba Hidenaga (nantinya dikenal sebagai
Toyotomi Hidenaga). Pada tahun
1585 Hidenaga dipindahkan ke Yamato Koriyama dan kekuasaan beralih kepada sanak keluarganya yang bernama
Kinoshita Iesada.
Pada tahun
1601, Iesada minta dipindahkan. Iesada pindah ke daerah Bichu (sekarang sebelah barat
Prefektur Okayama) dengan menerima 25.000 koku. Sebagai penggantinya, penguasaan istana beralih kepada
Ikeda Terumasa yang setelah menang dalam
Perang Sekigahara menerima 520.000 koku dan hak penguasaan negeri Harima. Di bawah pimpinan Terumasa, Istana Himeji berubah menjadi istana yang megah setelah dilakukan perbaikan secara besar-besaran yang memakan waktu 8 tahun.
Zaman Edo
Pada tahun
1617, penerus sisa-sisa klan Ikeda adalah
Ikeda Mitsumasa yang masih kanak-kanak. Dengan alasan tidak percaya diri menanggung beban menjaga daerah penting yang dipercayakan kepadaya, Mitsumasa minta dipindahkan ke
Istana Tottori di Inaba. Honda Tadatomo (yang berasal dari Kuwana, Ise) dipindahkan ke Istana Himeji dengan menerima 150.000 koku. Seluruh bagian Nishinomaru hampir selesai dibangun ketika Honda Tadatoki menikahi Putri Sen pada tahun
1618.
Dengan alasan posisinya yang strategis, pimpinan wilayah feodal Himeji hanya dipercayakan kepada klan yang masih keluarga dekat Tokugawa dan klan yang secara turun-temurun sudah menjadi daimyo. Penguasaan Himeji secara berputar-putar bergantian dipercayakan kepada klan Okudaira Matsudaira yang menjadi penerus klan Honda, disambung klan Echizen Matsudaira dan klan Sakakibara, lalu kembali ke klan Echizen Matsudaira, dan sekali lagi kepada klan Honda, kemudian dikembalikan ke klan Sakakibara, dan sekali lagi kepada klan Echizen Matsudaira.
Keadaan menjadi stabil dan klan yang memimpin Himeji untuk sementara tidak berganti-ganti sejak klan Sakai dari
Istana Maebashi di Kozuke (sekarang
Prefektur Gunma) masuk ke Istana Himeji pada tahun
1749. Beban berat memerintah wilayah Himeji menyebabkan klan Sakai hampir bangkrut. Wilayah Himeji ternyata tidak cukup diperintah dengan anggaran sebanyak 150.000 koku, apalagi sebagai daimyo turun temurun klan Sakai sering dibebani tugas-tugas berat dari pemerintah Bakufu.
Istana Himeji juga mengalami berkali-kali pemugaran di zaman Edo, tapi keadaan teknik bangunan pada saat itu tidak dapat menghentikan amblasnya fondasi dari batu yang tidak kuat menahan beban berat menara utama. Tiang-tiang penyangga dan balok penopang bahkan sudah sangat lapuk, sampai-sampai di paruh akhir zaman Edo ada lagu rakyat yang antara lain liriknya berbunyi "Istana di Himeji yang miring ke timur, apakah engkau sedang rindu pada Edo."
Di akhir zaman Bakufu semasa
Perang Toba-Fushimi, penguasa Istana Himeji adalah Sakai Tadato yang berkedudukan di Edo karena memegang jabatan
Roju (tangan kanan sekaligus pelaksana pemerintahan) untuk shogun Tokugawa Yoshinobu. Pada saat itu, shogun berada di pihak Bakufu yang dimusuhi kaisar. Sebagai akibatnya, Istana Himeji dikepung oleh 1.500 prajurit gabungan di bawah pimpinan penguasa wilayah Okayama dan penguasa wilayah Tatsuno. Dalam keadaan terjepit, para menteri senior yang disebut
Karo yang dipercayakan menjaga wilayah Himeji sudah memutuskan untuk menyerahkan istana. Tapi pada saat yang sama, pemimpin pasukan Okayama bernama Ikeda Shigemasa yang masih keturunan Ikeda Terumasa (pendiri Istana Himeji) melepaskan beberapa kali tembakan artileri peluru kosong ke arah istana Himeji dengan tujuan untuk menakut-nakuti. Di antara peluru-peluru kosong yang ditembakkan ternyata tercampur peluru mortir sungguhan yang salah satunya tepat mengenai sasaran menghantam pintu gerbang Fukuchu-Mon di bagian barat daya istana. Pada akhirnya memang semua berakhir dengan damai, istana diserahkan tanpa perlawanan dan perang perebutan Istana Himeji dapat dihindari.
Zaman Meiji
Pada tahun
1871, pemerintah Meiji menghapus sistem wilayah feodal
Han dan menggantinya dengan sistem prefektur. Sebagai kelanjutannya, di tahun
1873 pemerintah juga menghapus sistem istana, sehingga istana-istana yang tersebar di seluruh Jepang menjadi tidak berguna lagi dan harus dihancurkan.
Istana Himeji lalu dijual secara lelang. Lelang dimenangkan seorang penduduk yang tinggal di Yonedamachi (masih sekitar lingkungan istana) dengan harga 23 yen 50 sen. Pemenang lelang cuma bermaksud mencari keuntungan dengan menjual genteng-genteng istana. Pekerjaan membongkar genteng ternyata memakan banyak biaya sehingga genteng tidak jadi dijual dan istana dibiar-biarkan begitu saja. Hak kepemilikan istana lalu dihapus dengan alasan pemilik menelantarkan istana yang sudah dibeli. Tiba-tiba di tahun 1927, menurut berita di suatu surat kabar, ada orang yang mengaku sebagai anak laki-laki pemenang lelang bermaksud menuntut hak kepemilikan Istana Himeji, tapi menurut surat kabar lain yang terbit beberapa hari kemudian, tuntutan itu ternyata sama sekali tidak beralasan .
Pasukan angkatan darat berulang kali dipusatkan di bekas Istana Himeji, karena lokasinya cocok sekali untuk dijadikan pangkalan militer. Pada tahun
1874, resimen infantri ke-10 ditempatkan di daerah bekas istana. Pada saat itu, bangunan-bangunan yang terdapat di Sannomaru, antara lain istana utama, rumah kediaman bernama Musashino-Goten dan Mukai-yashiki serta beberapa bangunan lainnya dirobohkan. Selain itu, Bizenmaru yang dulunya merupakan rumah kediaman Ikeda Terumasa terbakar habis di tahun 1882.
Di lain pihak, usaha-usaha pelestarian bangunan istana mulai terlihat sekitar tahun
1877 setelah gejolak besar-besaran yang terjadi di tahun-tahun awal restorasi Meiji mulai menjadi agak tenang. Di sebelah dalam pintu gerbang Mugi-no-Mon masih bisa tersisa batu monumen peringatan untuk mengenang jasa Kolonel Nakamura Shigeto yang menaruh perhatian pada pemugaran Istana Himeji. Pada tahun
1878, Kolonel Nakamura Shigeto yang menjabat penanggung jawab pekerjaan pemugaran/pembangunan angkatan darat menyarankan kepada atasannya, kepala markas angkatan darat Yamagata Aritomo agar melestarikan Istana Nagoya dan Istana Himeji.
Pemugaran istana dapat dimulai karena permohonan yang diajukan Yamagata Aritomo ternyata diluluskan oleh
Dajokan (kantor perundang-undangan, administrasi dan kehakiman), tapi anggaran yang ditunggu-tunggu ternyata tidak kunjung turun. Setelah anggaran turun, biaya pelestarian istana ternyata besarnya tidak sampai setengah dari jumlah yang diminta, dan itu pun masih harus diutak-utik dari dana milik angkatan darat. Walaupun keadaan sedang sulit, pemugaran mau tidak mau harus dikerjakan agar tidak kalah berlomba dengan pelapukan yang terus berlanjut di sana sini.
Berkat petisi anggota parlemen dari berbagai wilayah yang prihatin dengan nasib istana yang ada di wilayahnya, pada tahun
1910 pemugaran istana di zaman Meiji akhirnya dapat dimulai dengan anggaran negara sebesar 93.000 yen. Anggaran yang disediakan ternyata masih kurang cukup. Kemiringan menara utama yang terus berlanjut berhasil dihentikan, tapi pekerjaan menegakkan menara utama yang miring tidak bisa diteruskan karena kurang biaya. Pada tahun
1919 markas angkatan darat membantu perbaikan wilayah Nishinomaru dan setelah pekerjaan selesai, resimen infantri ke-10 dipindahkan ke
Okayama.
Istana Tidak Pernah Perang
Istana Himeji berhasil lolos dua kali dari bencana kerusakan yang diakibatkan peperangan di zaman Bakufu dan Perang Dunia II sehingga mendapat julukan "istana tidak pernah perang" (bahasa Jepang: 不戦の城;
fusen no shiro).
Sewaktu Perang Dunia II, Istana Himeji disamarkan dari udara dengan menutup bagian-bagian yang strategis dengan jaring-jaring berwarna hitam. Alasannya, istana sudah pasti akan menjadi sasaran empuk serangan udara Amerika karena tembok-temboknya yang berwarna putih terlihat mencolok dari udara, apalagi angkatan darat juga menempatkan pasukannya di dalam wilayah istana.
Serangan udara besar-besaran atas Himeji terjadi tanggal
3 Juli 1945, akibatnya kota seputar Istana Himeji musnah menjadi abu. Di dalam wilayah istana, serangan udara menghanguskan bangunan sekolah menengah pertama yang menempati bekas lokasi istana utama. Kebakaran yang terjadi di wilayah Nishinomaru juga segera dapat dipadamkan, sehingga bangunan istana secara ajaib luput dari lalapan api. Pagi keesokan harinya, kabarnya penduduk kota tidak mampu menahan air mata haru menyaksikan Istana Himeji yang masih berdiri dengan selamat di tengah-tengah kota yang telah rata dengan tanah.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa Istana Himeji tidak pernah dijadikan sasaran serangan udara karena merupakan peninggalan budaya yang penting. Pendapat yang banyak dikutip ini menjadi sumber perdebatan karena serangan udara ternyata juga menghancurkan istana-istana yang terdapat di kota-kota lain di Jepang (misalnya Istana Nagoya), serta bangunan-bangunan bersejarah yang ada di
Jerman.